Indahnya perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentunya tak luput dari canda dan tawa. Di balik berbagai suka maupun duka yang dihadapi, hiburan kerap datang dari berbagai hal, termasuk dari para sahabat Nabi.
Dikisahkan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bernama Nu'aiman bin Amr bin Rafa'ah. Ia sangat terkenal akan tingkah konyol dan sering membuat Rasulullah tertawa. Nu'aiman merupakan sahabat yang berasal dari kalangan Anshar yakni penduduk asli Kota Madinah.
Meskipun terkenal akan kejailannya, Nu'aiman ialah seorang mujahid sejati. Namanya tercantum dalam Ashabul Badr karena keikutsertaannya dalam berjuang bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat lainnya dalam Perang Badar.
Berbagai tingkah konyol nan jail Nu'aiman mampu membuat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat tergelak tidak kuasa menahan tawa. Keusilannya ini tak hanya disasarkan kepada para sahabat, namun juga Rasulullah.
Suatu saat pernah Nu'aiman datang membawakan banyak makanan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Selesai menghabiskan makanan tersebut, Nu'aiman barulah berkata, "Ya Rasulullah, inilah penjual makanan tadi, silakan Engkau yang bayar."
Kejadian tersebut lantas membuat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat kebingunan, namun juga tidak bisa menahan tawa. Pada akhirnya peristiwa itu diselesaikan dengan solusi dari Rasulullah untuk membagi total biaya sama rata dengan sahabat-sahabat lainnya.
Dikisahkan pula bahwa suatu waktu Nu’aiman diajak oleh Abu Bakar untuk pergi ke Negeri Syam. Ketika itu sebelum keberangkatannya, Abu Bakar mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk memohon izin mengajak dua sahabat untuk ikut berdagang.
"Ya Rasulullah! Saya ingin meminta izin untuk mengajak dua sahabat ikut berdagang ke Negeri Syam, yakni Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah," kata Abu Bakar, kemudian diizinkanlah mereka oleh Rasulullah untuk bepergian.
Sesampainya di Negeri Syam, semua dibagikan tugas, salah satunya Suwaibith bin Harmalah yang ditugaskan menjaga perbekalan, karena dikenal sebagai orang yang sangat amanah. Saat Abu Bakar sedang pergi berniaga, dan Suwaibith menjaga makanan, datanglah Nu'aiman kepada Suwaibith di waktu siang mengatakan bahwa dirinya telah lapar.
"Wahai Suwaibith, aku sudah lapar, maka berikanlah saya sepotong roti untuk saya makan saat ini," ujar Nu’aiman. Namun, permintaan tersebut tidak diwujudkan oleh Suwaibith, karena dirinya yang amanah itu memilih menunggu Abu Bakar datang.
Mendengar jawaban Suwaibith, lantas Nu'aiman langsung mengancamnya, "Berikan aku sepotong roti itu atau kau akan kuberikan pelajaran."
Namun tetap saja, Suwaibith tetap bersikukuh menjaga amanah dari Abu Bakar dan tidak memberikan sepotong roti itu kepada Nu'aiman.
Nu'aiman bergegas pergi ke pasar, lalu berusaha untuk mencari tempat yang menjual hamba sahaya. Menemukan toko yang dimaksud, ia langsung menanyakan satu per satu dari hamba sahaya tersebut yang ternyata berkisar dari harga 100 hingga 300 dirham.
Kemudian, ia mengatakan kepada penjual hamba sahaya itu, "Aku juga punya hamba sahaya, namun hanya saya jual 20 dirham, murah," katanya.
Mendengar pernyataan Nu'aiman, penjual tersebut tak percaya karena harganya yang sangat murah. Lebih lanjut, Nu'aiman menjelaskan bahwa hamba sahaya yang dimilikinya itu murah karena memiliki aib, di mana ia tak akan mengaku sebagai hamba sahaya dan menyebut dirinya sebagai orang merdeka.
Akhirnya semua orang berkumpul untuk membeli hamba sahaya yang dimaksudkan oleh Nu'aiman. Tak disangka, ternyata Nu'aiman malah mengarahkan mereka kepada Suwaibith.
Nu'aiman menerima uang 20 dirham tersebut, kemudian disusul dengan penangkapan Suwaibith. Ketika ditangkap, Suwaibith berteriak, "Aku bukan hamba sahaya. Aku orang merdeka!" Namun teriakan itu ditanggapi oleh sekumpulan orang yang menangkapnya, "Kami sudah tahu kekuranganmu." Sambil membawa Suwaibith dan menjualnya ke pasar.
Selepas itu, Nu’aiman menjadi orang yang memegang uang banyak. Ia menggunakannya untuk membeli makanan, minuman, hingga hadiah untuk Rasulullah. Tak lama, Abu Bakar pun pulang dan kebingungan karena tak menemukan Suwaibith di mana pun. Dengan mudahnya dan penuh kejujuran, Nu’aiman pun berkata, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar.”
Mengetahui hal tersebut, lantas Abu Bakar tertawa dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Nu’aiman pun menceritakan semuanya secara detail hingga titik di mana Suwaibith akhirnya ia jual. Abu Bakar langsung bergegas ke pasar dan membeli kembali Suwaibith, hingga ia bebas kembali sebagai orang merdeka.
Sepulangnya mereka ke Madinah, kisah ini diceritakan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka ketika diceritakan kisah Nu’aiman tersebut, Nabi Muhammad tertawa sejadi-jadinya hingga gigi geraham beliau tampak di depan para sahabat. Hingga setahun berlalu dari kisah tersebut, Rasulullah selalu menceritakan kisah Nu’aiman kepada siapa pun tamu yang datang kepadanya.
Tak hanya itu, cerita lainnya adalah di mana suatu waktu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam didatangi oleh para delegasi dari beberapa negara yang ingin tahu apa itu agama Islam. Mereka datang dengan mengendarai unta yang saat itu termasuk kendaraan paling mahal yang dapat dimiliki. Sesampainya di sana, para tamu itu dipersilakan masuk dan unta mereka diikatkan di depan rumah Rasulullah.
Para sahabat mengatakan seraya bercanda kepada Nu’aiman bahwa mereka sudah lama tak makan daging unta. Mereka pun mengidekan untuk menyembelih unta seseorang yang sedang bertamu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu.
Usulan ide tersebut langsung ditanggapi serius oleh Nu’aiman. Ia langsung menyembelih unta tamu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tersebut. Sesudahnya, Nu’aiman langsung lari bersembunyi, dan benar saja, saat pemiliknya datang dan melihat keadaan untanya, ia pun langsung mengadu kepada Rasulullah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung melihat kepada para sahabat yang sedang berjaga di sana, dan mereka pun menjawab, “Nu’aiman ya Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung bergerak memerintahkan salah satu sahabatnya untuk membantunya mengambil uang dan memberikan ganti rugi kepada pemilik unta tersebut dengan jumlah dua kali lipatnya.
Selepas itu, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat langsung saja bergegas mencari di mana Nu’aiman ini bersembunyi. Ternyata, Nu’aiman bersembunyi di dalam sebuah sumur.
Rasulullah pun menanyakan alasan mengapa Nu’aiman melakukan hal tersebut. Nu’aiman menjawab, “Ya Rasulullah, yang bersalah bukanlah aku tapi orang-orang yang mencariku bersamamu," jawabnya.
Rasulullah melihat sekeliling untuk mengetahui siapa yang dimaksud Nu’aiman, setelahnya ternyata Nu’aiman memanfaatkan kondisi itu untuk kembali kabur.
Cerita tentang Nu’aiman memberikan gambaran bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam juga merupakan sosok yang ceria. Hidupnya tak melulu serius dan serbaresmi, beberapa kisah menceritakan bahwa Rasulullah adalah seseorang yang juga bersenda gurau bersama istri dan para sahabatnya.
Dari kisah ini juga dapat dicermati bahwa beliau merupakan pribadi yang senantiasa sabar dan tak mudah marah menghadapi orang-orang seperti Nu’aiman. Bahkan turut dikisahkan bahwa Rasulullah sangat melarang para sahabat untuk mencela Nu’aiman meskipun tingkahnya tak selalu menyenangkan bagi semua orang dan membuat jengkel. Menurutnya, meski begitu, Nu’aiman adalah seorang sahabat yang mencintai Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya.
Sumber : https://muslim.okezone.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar