Manusia adalah sebaik-baiknya makhluk ciptaan
Allah dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Ketika Allah menciptakan
malaikat, Allah
hanya memberikan akal kepada malaikat, sehingga malaikat tidak punya nafsu. Wajar
jika malaikat sangat patuh kepada Allah swt, karena memang tidak punya
kepentingan terhadap dirinya. Sementara manusia, memiliki akal dan nafsu.
Dengan begitu, nafsu lah yang menjadi tantangan ketaatan terhadap Tuhannya.
Sedangkan hewan, hanya memiliki nafsu, tanpa akal. Oleh karena itu, hewan tidak
memiliki beban syari’at (taklif). Karena yang menjadi tolak ukur taklif adalah
akal. Jika tidak memiliki akal, maka taklif tidak berlaku.
Dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin menjelaskan
bahwa level manusia itu berada di antara malaikat dan hewan. Lebih mulia dari
hewan dan lebih rendah dari bangsa malaikat. Berikut adalah penjelasan
Al-Ghazali mengenai kedudukan manusia,
Artinya, “Level manusia itu berada di atas hewan karena dengan cahaya
akal yang dimilikinya mampu menaklukan syahwat. Akan tetapi di bawah level
malaikat karena memiliki syahwat dan diuji untuk menaklukannya.” “Jika ia
terbuai oleh syahwatnya, levelnya akan turun setara dengan hewan. Sebaliknya,
jika mampu menghancurkan syahwatnya, makan levelnya akan naik
setinggi-tingginya bersama golongan para malaikat.” (Ihya ‘Ulumiddin, juz ,
hal. 236)
Berbicara tentang akal dan nafsu, terdapat kisah menarik tentang perbincangan Allah kepada akal dan nafsu. Kisah ini terdapat dalam kitab Tanbihul Ghafilin dan Duraatun Nashihin, dijelaskan bahwa Allah menciptakan Akal. Allah kemudian berfirman, "Wahai Akal menghadaplah Engkau!” Maka akal pun menghadap ke hadapan Allah SWT.
Allah kemudian berfirman lagi kepadanya, "Wahai akal, berbaliklah engkau!” Maka akal pun berbalik. Setelah itu, Allah berfirman lagi kepadanya, "Wahai akal, siapakah Aku?” Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu yang lemah".
Allah kemudian berfirman lagi, "Wahai akal, tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau!”. Lalu Allah kemudian menciptakan nafsu. Sama seperti dengan Akal, Allah juga berfirman kepada Nafsu. “Wahai nafsu, menghadaplah kamu!”. Berbeda dengan akal, nafsu tak menjawab.
Nafsu justru berdiam diri Kemudian Allah berfirman lagi kepada Nafsu, “Siapakah engkau dan siapakah Aku?” lalu nafsu menjawab, “aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.” Allah SWT pun menghukum nafsu selama 1.000 tahun di neraka jahim yang sangat panas. Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Allah SWT menghukum nafsu selama 100 tahun.
Setelah Allah SWT menghukum nafsu di neraka jahim selama 1.000 tahun, kemudian Allah mengeluarkannya dan berfirman lagi kepadanya "Wahai nafsu, siapakah engkau dan siapakah aku".
Nafsu menjawab kembali: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau". Lalu Allah berfirman: "Masih begitu juga kah engkau wahai nafsu".
Allah kemudian masukkan nafsu kedalam neraka juu' selama 1.000 tahun dan dilaparkan. Setelah itu Allah SWT mengeluarkannya kembali dan berfirman: "Siapakah engkau dan Siapakah aku".
Nafsu kembali berkata: "Aku adalah aku dan engkau adalah
engkau".
Allah SWT kemudian menghukum nafsu selama seribu tahun lagi di neraka yang sangat
dingin.
Allah SWT selanjutnya mengeluarkannya dan berfirman lagi: "Wahai nafsu siapakah engkau, dan siapakah aku" Lalu nafsu menjawab: "Aku adalah aku dan engkau adalah engkau". Allah SWT berfirman: "Masih begitu juga kah engkau hai nafsu". Lalu Allah masukkanlah nafsu ke dalam neraka selama 1000 tahun dan dilaparkan. Setelah itu Allah SWT mengeluarkannya kembali dan berfirman kepada nafsu: "Wahai nafsu, siapakah engkau dan Siapakah aku".
Nafsu menjawab, “aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku,". Lalu Allah berfirman, "Wahai Nafsu, sekarang masuklah bersama tubuh anak Adam,".
Dari kisah itu, kita sebagai manusia memiliki cobaan berat untuk dapat mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan perasaan atau kekuatan emosional yang ada dalam diri manusia. Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk mengontrol hawa nafsu karena bisa menjadi sebab segala keburukan. Hawa nafsu adalah suatu keinginan yang bertujuan kepada hal-hal yang bertentangan dengan syariat Allah. Sebab, manusia selalu mendapat godaan setan untuk berbuat maksiat.
Perihal hawa nafsu juga dijelaskan dalam Alquran pada surat Yusuf ayat 53 yang artinya: Artinya: Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Sedangkan Hadist yang
menjelaskan tentang hawa nafsu adalah sebagai berikut:
Abu Malik Al Asyari meriwayatkan sabda Rasulullah
SAW yang artinya: “Musuhmu
yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di antara lambungmu, anakmu
yang keluar dari tulang rusukmu, istrimu yang kamu gauli, dan sesuatu yang kamu
miliki.” (HR Al Baihaqi)
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa nafsu manusia
terbagi menjadi tiga. Pertama, An-nafs al-ammarah bissu’. adalah nafsu tingkat terendah. Secara harfiah kata
"ammarah" berarti banyak menyuruh, sedangkan kata "su"
berarti keburukan atau kejahatan. Jadi nafsu amarah adalah nafsu yang cenderung menyuruh berbuat keburukan.
Kedua, An-nafs al-lawwamah. yang diterjemahkan nafsu yang banyak mencela, mengeluh, dan menyalahkan. Cuma yang dicela, dikeluhkan dan disalahkan adalah dirinya sendiri. Nafsu lawamah termasuk nafsu yang mulia karena hanya orang Mukmin yang bisa menyesali dan menyalahkan dirinya sendiri.
Sedangkan ketiga,
An-nafs al-Muthmainah. yang diterjemahkan sebagai jiwa yang
tenang. Nafsu ini menempati tingkat tertinggi. Mereka yang bisa
menjalankan nafsu mutmainah dijanjikan masuk surga. Ciri pribadi yang memiliki nafsu mutmainah,
yakni tetap tenang dalam beriman.
Adapun cara yang
diajarkan agar kita dapat menaklukkan hawa nafsu adalah dengan cara kita
melakukan puasa. Seperti dalam kitab Ihya 'Ulumiddin
menjelaskan tujuan dari berpuasa,
Artinya: Tujuan berpuasa adalah
supaya bisa berakhlak sebagaimana sifat as-Shamad bagi Allah, juga agar manusia
bisa mengikuti sifat-sifat malaikat, yaitu mengekang syahwat sebisa mungkin.
Malaikat adalah makhluk yang terbebas dari syahwat.
Selain itu puasa kita juga dapat meredam hawa nafsu dengan cara
melakukan shalat, karena dengan shalat seseorang dapat
mencegah atau menghindari dari perbuatan yang tercela. Orang yang taat
menjalankan perintah Allah yakin sehat akalnya, karena ia tak ingin terjerumus
ke lembah kehinaan. Seperti dalam surah al-Ankabut ayat 45 yang artinya:
“Sesungguhnya shalat itu dapat menahan dari
perbuatan keji dan kemunkaran”. (QS. Al-Ankabut : 45)
Dan juga kita memohon kepada Allah swt agar
kita termasuk orang-orang yang berakal sehat yang mendapat petunjuk ke
jalan-Nya yang lurus. Sedangkan untuk menjaga Nafsu Syahwat maka kita
dianjurkan untuk menikah agar kita dapat menjaga pandangan kita.
Itulah kisah dan pembahasan tentang akal dan
hawa nafsu. Begitu sulitnya kita dalam meredam hawa nafsu agar tidak terjerumus
ke dalam kesesatan. Sedemikian sulitnya menahan hawa nafsu sehingga Sebagian
ulama mengatakan bahwa manusia memiliki derajat yang lebih tinggi daripada
malaikat. Hal ini dikarenakan manusia memiliki dua potensi dalam dirinya,
yaitu akal dan nafsu. Dengan nafsu yang dimilikinya, akan memiliki nilai
perjuangan lebih dalam menjalani ketaatan kepada Allah swt. Karena nafsu adalah
pintu utama masuk setan untuk menggoda manusia.
Dari adanya akal dan nafsu inilah Allah menciptakan surga dan
neraka sebagai bentuk adilnya Allah kepada orang-orang yang dapat mengendalikan
hawa nafsu. Dalam surga telah disiapkan apa saja yang telah Allah persiapkan
untuk para penghuninya dan demikian pula dengan neraka. Kita dapat
menjadikan akal sebagai imam nafsu agar mudah mengendalikan dan mengontrol
nafsu tetap berada di jalan Allah dengan melaksanakan berbagai kebaikan dan
amal ibadah di dalam aktivitas sehari-hari. Bukan sebaliknya, nafsu yang
menjadi imam akal.
Wallahu a’lam bishawab
Sumber
Referensi : bacaanmadani.com
fimadani.com
jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com
kumparan.com
malangtimes.com
nu.or.id
republika.co.id
Taffakur Fiddin Channel
zonapriangan.pikiran-rakyat.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar