Rabu, 27 Mei 2020

Ular Ini Rela Menunggu Ribuan Tahun Demi Bertemu Rasulullah | Pegawai Muslim


Ular adalah hewan yang ditakuti banyak orang. Ular memiliki bentuk tubuh panjang yang bisa berjalan dengan sangat cepat dengan cara menjalar. Ular terkenal akan karakternya yang membahayakan orang lain karena ada beberapa yang berbisa dan memiliki racun yang mematkan, ia juga bisa membunuh dengan cara melilit. Ular menjadi hewan yang diwaspadai semua orang dan menjadi hewan yang sering dibunuh karena dikhawatirkan membahayakan nyawa manusia.

Hukum Membunuh Ular dalam Islam


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah kami pernah berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, maka barangsiapa yang membiarkannya lantaran rasa takut, maka ia tidak termasuk golongan kami. ” [HR. Abu Daud, Hasan Shahih: Al Misykah (4139)]

Rasulullah mengijinkan untuk membunuh ular tersebut dan melarang untuk membiarkan ular tersebut hidup lantaran karena takut. Sehingga dari hadist ini jelas bahwa hukum membunuh ular dalam islam adalah halal. bukan termasuk dosa yang tak terampuni. Boleh dilakukan jika meamang membahayakan nyawa dan dengan niat melindungi diri, membiarkannya karena rasa takut justru tidak diperbolehkan karena dikhawatirkan akan membahayakan nyawa orang lain.


Mari langsung saja kita bahas kisah tentang ular yang merindukan Rasulullah dan menuggu kehadiran beliau di gua tsur dan kesetiaan sahabat Rasulullah,berikut ini kisah nya :


Kisah ini berawal dari keikutsertaan Abu Bakar bersama Rasulullah Saw. sebelum meninggalkan kota Mekkah. Saat pemuda kafir Quraisy yang berniat memenggal kepala Rasulullah kehilangan jejak Rasul dan hanya menemukan seorang pemuda bernama Ali bin Abi Thalib di bilik Rasul, Abu Bakar mendampingi Rasul bersembunyi di gua kecil di bukit Tsur.

Abu Bakar tetap setia mendampingi Nabi Muhammad menginap di dalam gua. Sebelum beliau memasuki gua, Abu Bakar dengan sigapnya membersihkan dan menutup lubang-lubang yang ada di dalam gua agar mereka terhindar dari binatang buas.


Dalam tidurnya, Rasulullah Saw. melabuhkan kepalanya di pangkuan sang sahabat.
tiba-tiba seekor ular mendesis keluar dari salah satu lubang yang belum ditutup oleh Abu Bakar. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa tersebut. Namun, keinginan itu dienyahkan dari benaknya, karena ia tak ingin mengganggu tidur Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin.

Abu Bakar menutup lubang itu dengan salah satu kakinya. Lalu ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun dalam hening. Sekujur tubuh Abu Bakar terasa panas, ketika bisa ular menjalar cepat di dalam darahnya.


Abu Bakar tak kuasa menahan isak tangis ketika rasa sakit itu tak tertahankan lagi dan tanpa sengaja air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah Saw. yang tengah berbaring.

''Rasulullah Saw. terbangun lalu berkata, “Wahai Abu Bakar, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini?”

“Tentu saja tidak. Saya ridha dan ikhlas mengikutimu ke mana pun,” jawab Abu Bakar.
“Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?” bertanya Rasulullah Saw. dengan bersahaja.
“Seekor ular baru saja menggigit saya, wahai Rasulullah. Lalu bisanya menjalar begitu cepat ke dalam tubuhku,” jawab Abu Bakar dengan suara tercekat.
Lalu Rasulullah Saw. berbicara kepada ular itu. ” Hai, tahukah kamu? Jangankan daging atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar pun haram kau makan.”
Dialog Rasulullah dengan ular tersebut juga di dengar oleh Abu Bakar, berkat mukzijat beliau.
''Ya hamba mengerti ya Rasulullah. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah mengatakan ‘Barang siapa memandang kekasih-Ku, Muhammad, fi ainil mahabbah atau dengan mata kecintaan. Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga,” kata ular.
“Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. “Aku (ular) ingin memandang wajah kekasih-Mu fi ainal mahabbah,” lanjut ular.
Lalu, apa kata Allah Swt.?
“Silakan pergi ke Jabal Tsur, tunggu di sana, kekasih-Ku akan datang pada waktunya,” jawab Allah.
“Ribuan tahun aku menunggu di sini. Aku digodok oleh kerinduan untuk jumpa Engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin ketemu Engkau, Wahai Muhammad,” jawab ular.
“Lihatlah ini. Lihatlah wajahku,” kata Rasulullah SAW. Dan sang ular dari gua Tsurpun memandang wajah Nabi Muhammad SAW penuh dengan rasa cinta dan rindu.
Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Rasulullah Saw. meraih pergelangan kaki Abu Bakar. Dengan mengagungkan nama Allah Swt. Sang Pencipta semesta, Nabi Muhammad Saw. mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah Swt., seketika rasa sakit itu hilang tak berbekas.
Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah Saw. berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah Saw. menawarkan pangkuannya untuk beristirahat. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.
Inilah sikap yang ditunjukkan oleh Abu Bakar As-Shiddiq Ra. Sebagai seorang sahabat kepercayaan Rasulullah Saw., ia merelakan semua yang dimilikinya demi keselamatan dan perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Bahkan ia merelakan nyawanya terancam demi menemani Rasulullah Saw.
Penyunting : Argha Sena
Sumber : https://muslimobsession.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar